BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang
memiliki sifat hangat dan pedas. Secara tradisional mereka menggunakan daun
sirih untuk meluruhkan kentut, menghentikan batuk, mengurangi peradangan, dan menghilangkan
gatal. Pada pengobatan tradisional India, daun sirih dikenal sebagai zat
aromatik yang menghangatkan, bersifat antiseptik, dan bahkan meningkatkan
gairah seks. Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk
menyembuhkan luka padakaki karena mengandung styptic untuk menahan pendarahan
dan vulnerary, yang menyembuhkan luka pada kulit (menyembuhkan kulit
atau kaki). Juga bisa dikunyah untuk memperbaiki suara penyanyi. Dari hasil
penelitian diungkapkan bahwa sirih juga mengandung arecoline di seluruh bagian
tanaman. Zat ini bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya
pikir, meningkatkan gerakan peristaltik, dan meredakan dengkuran. Daunnya
mengandung eugenol yang mampu mencegah ejakulasi dini, membasmi jamur Candida
albicans, dan bersifat analgesik (meredakan rasa nyeri). Daunnya juga kandungan
tannin yang bermanfaat mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi
hati, dan mencegah diare.
Daun sirih dapat
juga digunakan untuk obat keputihan yang khasiat penyembuhannya pernah diuji
secara klinis. Ini diungkapkan oleh Amir Syarif dari Bagian Farmakologi Universitas
Indonesia. Ia mengatakan bahwa daun sirih punya khasiat yang lebih bermakna
dibandingkan dengan plasebo. Pengujian melibatkan 40 pasien penderita keputihan
yang tidak sedang hamil, menderita diabetes melitus, ataupun penyakit hati, dan
ginjal. Dua puluh di antaranya mendapatkan daun sirih, sedang sisanya diberi
plasebo. Baik daun sirih maupun plasebo itu diberikan pada vagina sebelum
pasien tidur
selama tujuh hari. Dari 40 pasien tersebut, 22 orang mendapat pemeriksaan
ulang, masing-masing 11 mendapat plasebo dan daun sirih. Hasil pengujian ini
membuktikan sekitar 90,9 persen pasien yang mendapat daun sirih dinyatakan
sembuh, sedangkan pada kelompok yang diberi plasebo hanya 54,5 persen saja.
Sementara
itu, di India ada laporan penelitian yang mengatakan daun sirih mempengaruhi
kesuburan pria, seperti dilaporkan oleh Indian Journal of Pharmacology. Efek
daun sirih terhadap kesuburan laki-laki ini diujikan pada tikus.
Diduga, pemberian ekstrak daun sirih yang mengandung alkohol secara oral pada
tikus punya efek antikesuburan. Menurut laporan tersebut pemberian dosis
ekstrak yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah sperma pada tikus. Di
India, penelitian tentang daun sirih ini tidak hanya untuk kesuburan pria saja.
Di sana, daun ini sudah diteliti untuk mengobati penyakit asma, bronkitis,
rematik, lepra, dan sakit gigi, bahkan
juga untuk disfungsi ereksi. Sayangnya, belum banyak penelitian sejenis di
Indonesia.
B. Maksud dan Tujuan
Tujuan percobaan efektifitas
antibiotik adalah untuk mengetahui obat/antibiotic yang sering dikonsumsi untuk
mengobati penyakit tertentu
C. Waktu dan Tempat
Waktu
: Jumat , 10 februari 2012
Tempat : laboratorium
biologi SMA NEGERI 3 SENGKANG.
D.Metode Pengambilan Data
Pengambilan data diambil melalui hasil penelitian penelitian dari yang
pernah dilaksanakan serta materi-materi dari laporan ini kami ambil melalui
referensi buku dan internet yang kami temukan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
DASAR TEORI
Antibiotik termasuk jenis obat yang
cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik
adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati.
Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada perang Dunia I.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit.
gSaat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut "peluru ajaib", yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Pada permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa suatu produk dalam airmata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel bakteri. Zat ini disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri yang ditemukan pada manusia.
Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan buntu dalam usaha pencarian antibiotik yang efektif, karena sifatnya yang merusak sel-sel bakteri non-patogen.
Namun pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain. Sekembali liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama yang ia tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada cawan petri tersebut telah lisis.
Lisis sel bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang tumbuh pada cawan petri. Ia menghipotesa bahwa suatu produk dari cendawan tersebut menyebabkan lisis sel stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai penisilin karena cendawan pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.
Walaupun secara umum Fleming menerima pujian karena menemukan penisilin, namun pada kenyataannya secara tehnik Fleming "menemukan kembali" zat tersebut.
Semula Ernest Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan sifat-sifat penisilium pada tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan antara cendawan dan zat yang memiliki sifat-sifat antibakteri, sehingga Penisilium dilupakan dalam komunitas ilmiah sampai penemuan kembali oleh Fleming.
Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
a). Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b). Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
c). Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d). Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e). Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f). Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
g). Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
h). Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i). Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j). Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati.
Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada perang Dunia I.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit.
gSaat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut "peluru ajaib", yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Pada permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa suatu produk dalam airmata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel bakteri. Zat ini disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri yang ditemukan pada manusia.
Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan buntu dalam usaha pencarian antibiotik yang efektif, karena sifatnya yang merusak sel-sel bakteri non-patogen.
Namun pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain. Sekembali liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama yang ia tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada cawan petri tersebut telah lisis.
Lisis sel bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang tumbuh pada cawan petri. Ia menghipotesa bahwa suatu produk dari cendawan tersebut menyebabkan lisis sel stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai penisilin karena cendawan pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.
Walaupun secara umum Fleming menerima pujian karena menemukan penisilin, namun pada kenyataannya secara tehnik Fleming "menemukan kembali" zat tersebut.
Semula Ernest Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan sifat-sifat penisilium pada tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan antara cendawan dan zat yang memiliki sifat-sifat antibakteri, sehingga Penisilium dilupakan dalam komunitas ilmiah sampai penemuan kembali oleh Fleming.
Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
a). Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b). Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
c). Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d). Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e). Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f). Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
g). Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
h). Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i). Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j). Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
- Mengganggu sintesa dinding sel,
seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin.
- Mengganggu sintesa protein
bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, makrolida,
tetrasiklin, gentamisin.
- Menghambat sintesa folat,
seperti sulfonamida dan trimetoprim.
- Mengganggu sintesa DNA, seperti
metronidasol, kinolon, novobiosin.
- Mengganggu sintesa RNA, seperti
rifampisin.
- Mengganggu fungsi membran sel,
seperti polimiksin B, gramisidin.
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN
BAHAN
-
Agar-agar berwarna putih
-
Kaldu sapi
-
Gula
-
Plastik
-
Alkohol
-
Cawan petri
-
Daun siri 5 lembar
B. CARA KERJA
-
pertama, sterilkan tangan terlebih dahulu dengan alcohol
-
masukkan 1 blok kaldu sapi kedalam wajan atau dapat menggunakan
gelas kimia, ditambahkan gula pasir 5 gr, agar-agar 1/3 bungkus dan air hingga
150 ml
-
semua bahan diaduk dan dipanaskan hingga mendidih
-
setelah mendidih, medium dituang ke dalam cawan petri
-
diamkan medium hingga dingin
-
setelah medum jadi, haluskan daun siri, pisahkan ampas dengan
airnya
-
pada 3 cawan petri, cawan petri pertama tidak dibubuhi air daun
siri, cawan petri kedua sebagai perbandingan ½ dibubuhi air daun siri dan ½
tidak dibubuhi sama sekali, cawan petri
ke tiga sebagai uji coba dibubuhi air daun siri secara keseluruhan dan merata.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
PENELITIAN
GAMBAR
MEDIUM PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
(1) (2) (3)
Gambar
diatas adalah medium pertumbuhan
mikroorganisme yang telah di bubuhi oleh salah satu jenis antibiotic yaitu air
daun siri
gambar
(1) tidak dibubuhi air daun siri,
gambar
(2) sebagai perbandingan, ½ dibubuhi air daun siri dan ½ tidak dibubuhi sama sekali
gambar (3) sebagai uji coba dibubuhi air daun
siri secara keseluruhan dan merata.
GAMBAR MEDIUM PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MINGGU PERTAMA
(1) (2) (3)
Pada
medium (1) yang dibubuhi air daun sirih secara keseluruhan tidak terdapat
sedikitpun jamur
Pada
medium (2) yang dibubuhi air daun sirih ½ dari medium terdapat ½ jamur yang terlihat
Pada
medium (3) yang tidak dibubuhi air daun sirih samasekali terlihat di tumbuhi
jamur pada seluruh permukaannya.
GAMBAR MEDIUM PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MINGGU KEDUA
B.
PEMBAHASAN
Hasil percobaan dapat
kita lihat pada gambar diatas, pada percobaan minggu Pertama hasil yang kita
dapatkan sebagai kesimpulan bahwa medium yang dibubuhi air daun sirih secara
keseluruhan tidak ditumbuhi oleh jamur, medium yang dibubuhi ½ dari medium,
tumbuh jamur pada ½ bagian yang tidak terkena bubuhan air daun sirih, begitu
pula dengan medium yang tidak dibubuhi sedikitpun, jamur tumbuh pada seluruh
permukaannya, hal ini berarti bahwa air daun sirih dapat digunakan sebagai
antibiotic yang ampuh untuk melawan pertumbuhan jamur. Disamping itu pada
medium pertumbuhan mikroorganisme minggu kedua terlihat ketiga permukaan medium
dipenuhi oleh jamur hal ini berarti zat antibiotik ( daun sirih) memiliki
kapasitas waktu fungsi, artinya zat antibiotic ini tidak dapat bertahan lama,
kecuali dibantu dengan zat kimia.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada percobaan diatas dapat disimpulkan
bahwa daun sirih termasuk sebagai salah satu tumbuhan yang mengandung zat
antibiotik yang anti jamur,dan sangat berkhasiat untuk melawan pertumbuhan
jamur candida albicans yang menyebabkan keputihan, namun zat antibiotic ini
tidak mampu menjadi pertahanan yang lebih lama karena memiliki kapasitas fungsi
yang tidak lama, sehingga untuk membuatnya bertahan lama kita membutuhkan zat
kimia.
B. Saran
zat
antibiotik alami sangat aman untuk kita gunakan, jadi sebaiknya menggunakan
daun sirih jiak mengalami keputihan dan sebagainya untuk menghindari zat kimia
yang yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-10-Antibiotik,-Si-Peluru-Ajaib-(Bagian-Pertama).shtml
- 30k –
www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-12-Antibiotik,-Si-Peluru-Ajaib-(Bagian-Kedua).shtml - 28k -
www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-12-Antibiotik,-Si-Peluru-Ajaib-(Bagian-Kedua).shtml - 28k -
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking