TUGAS
KELOMPOK
Diajukan sebagai
makalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah akidah akhlak
Disusun Oleh :
SITTI
MUTMAINNAH SYAM
HAERANI
MUH.SYAHIR
ARDIANTO
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM JURUSAN PERADILAN
AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Segenap puji kami dan syukur kepada
Allah SWT Yang telah memberikan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan tema kesatuan dan keberagaman akidah dalam islam
sebagai tugas mata kuliah akidah akhlak, Untaian-untaian sholawat serta salam kami limpahkan keharibaan nabi besar Muhammad
SAW nabi yang membawa risalah yang tak pernah salah, dan mengemban amanah yang
tak pernah khianat sehingga berkat perjuangan beliaulah sehingga alam ini
menjadi tentram, aman, dan sejahtera.
Ucapkan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan terbentuknya makalah ini, sebagai manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan tentunya makalah yang kami buat ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saranya sangat kami harapkan guna
untuk menyempurnakan makalah yang kami susun selanjutnya, semoga makalah ini
bisa menjadi media untuk menambah wawasan pembaca terutama kami sebagai
penyusun makalah sendiri, amin ya rabbal alamin
Samata,
12 Desember 2012
Penyusun
A. Latar
Belakang
Sepanjang sejarah, Tauhid
digunakan untuk menetapkan dan menerangkan segala apa yang diwahyukan Allah
kepada RasulNya. Perkembangan Tauhid mengalami beberapa tahapan sesuai dengan dengan perkembangan manusia, yang dimulai pada
masa nabi Adam, Rasulullah SAW, masa Khullafaurrasyidun, sampai sekarang,
walaupun demikian dari nabi Adam hingga sekarang aqidah dalam islam tetap satu
yaitu mengesakan Tuhan.
.
B. Rumusan
Masalah
a)
Bagaimana kesatuan aqidah islam semenjak nabi Adam
hingga nabi Muhammad SAW.?
b)
jalan apa yang
ditempuh para Rasul dalam menanamkan akidah islam?
c)
Bagaimana keberagaman akidah dalam islam dan
permasalahannya?
C. Tujuan
a)
Mengetahui kesatuan aqidah islam semenjak nabi Adam
hingga nabi Muhammad SAW
b)
Mengetahui jalan
yang ditempuh para Rasul dalam menanamkan akidah islam?
c)
Mengetahui keberagaman akidah dalam islam dan
permasalahannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad
SAW.
Manusia,
sejak masa azali, telah dimintai kesaksiannya tentang siapa Tuhan mereka.
Ketika nabi adam a.s diturunkan kedunia, beliau membawa serta akidah ketauhidan
itu. Akidah tauhid ini beliau ajarkan kepada anak cucunya sampai turun temurun.
Ketika nabi adam wafat, diantara cucu-cucu beliau terdapat beberapa orang yang
menyimpang dari akidah ini karena godaan syaitan. Dari penyimpanan akidah
inilah kelak lahir kepercayaan-kepercayaan yang sesat dan menyimpang dari agama
yang benar. Jumlah mereka yang tersesat itu dari hari kehari semakin bertambah,
sedangkang akidahnya pun semakin jauh dari sumbernya yang asli. Untuk mengembalikan
akidah yang sesat itu, Allah mengutus seorang rasul yang dipilihnya dari
kalangan anak cucu adam dengan membawa akidah tauhid pula. Rasul baru ini lalu
menyampaikan ajaran untuk masuk kembali kedalam agama(islam) yang dulu dibawa
oleh nabi Adam. Umat manusia pun, yang waktu itu jumlahnya belum begitu banyak,
sebagian kembali kepada akidah tauhidnya. Namun adapula yang tetap berpegang
pada akidahnya yang telah sesat itu. Ibarat domba-domba, saat mereka diawasi
dan diasuh oleh pengalamnnya, mereka tenang dan tertib. Namun, begitu
penggembalanya pergi,serta merta, domba-domba itu pun berpencaran, dan tidak jarang menjadi
tersesat dan hilang. Begitulah, pada saat rasul sesudah nabi adam itu dipanggil
menghadap Allah untuk selamanya, sebagian dari ummatnya ada yang menyimpang
dari akidah yang diajarkannya. Sementara itu, jumlah manusia pun terus
bertambah dari waktu kewaktu. Pada saat kesesatan itu sudah demikian nyata,
Allah mengutus lagi seorang rasul untuk mengembalikan anak cucu adam itu pada
akidahnya yang benar. Bila sudah demikian, Allah pun mengutus pula seorang
rasul dengan membawa ajaran yang sama, akidah ketauhidan. Begitulah seterusnya,
nabi dan rasul silih berganti datang dan pergi, nabi Adam wafat, tampil nabi
Idris, nabi Idris wafat, datang nabi Nuh, nabi Nuh wafat, diutus pula nabi
Shalih dan seterusnya bersambung panjang membentuk garis vertikal dari nabi
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW. Adapun anak cucu adam yang
menyimpang dari akidah yang benar, membentuk cabang dan ranting-ranting yang
terus berkembang menjadi beribu-ribu agama dan kepercayaan yang sesat
Tidak
semua rasul yang diutus Allah itu mendapat sambutan yang baik dari ummatnya.
Hampir seluruhnya mendapat tantang dari ummatnya, dan bahkan adapula yang
diusir dari negerinya, disiksa, dan dibunuh. Sekalipun demikian, selalu ada
pengikutnya yang melanjutkan ajaran para rasul itu.
Dengan
demikian, hakikatnya akidah tauhid merupakan akidah yang satu yang merentang
panjang dari Adam hingga nabi Muhammad, itulah yang dimaksud dengan kesatuan
akidah dalam sejarah ummat manusia ini. Adapun ajaran-ajaran agama yang tidak
mencerminkan ketauhidan, hanyalah merupakan penyimpangan dari akidah ketauhidan
yang satu itu. Adanya kepercayaan terhadap zat yang maha tinggi dikalangan
berbagai bangsa primitif seperti yang selama ini dibuktikan oleh para
ahli,selain menjadi bukti bahwa beragama itu merupakan naluri manusia sekaligus
bisa dinyatakan sebagai sisa-sisa akidah tauhid yang dibawa oleh para nabi
terdahulu serta membantah kebenaran teori evolusi dalam kepercayaan ummat
manusia. Kalaupun ada yang bisa disebut evolusi hal itu terdapat pada
peningkatan dan penyempurnaan syariat yang ditetepakan Allah utnuk mengatur
kehidupan mansuia. Syariat itu dimaksudkan untuk mengatur kehidupan manusia,
sedangkan kehidupan it uterus berkembang dari waktu kewaktu maka syariat yang
ditetapkan oleh Allah terlihat mengalami peningkatan dan penyempurnaan, pada
masa nabi Adam, ketika jumlah manusia masih bisa dihitung dengan jari, syariat
Allah membenarkan pernikahan antara saudara kandung sendiri. Akan tetapi, pada saat manusia sudah
berkembang menjadi ummat yang besar syariat Allah yang berkaitan hal ini
kemudia disempurnakan. Demikian pula syariat yang berkenaan dengan aspek
kehidupan lain yang mencapai puncak kesempurnaannya pada saat kerasulan nabi
Muhammad SAW. Itulah makna firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah Ayat 213
yang artinya “ manusia itu adalah ummat yang satu (setelah timbul perselisihan)
maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama meerka kitab dengan benar untuk member
keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah
berselisih tentang kitab itu, melainkan orang yang telah didatangkan kepada
mereka kitab,yaitu setelahg datang kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata, karena dengki anatra mereka sendiri. Maka Allah member petunjuk
orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal-hal yang mereka
perselisihkan itu dengan kehendaknya. Alllah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendakinya kepada jalan yang lurus”
Allah
juga berfirman dalam surah Al-Mu’minun ayat 52-53 yang artinya “ sesungguhnya
(agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku adalah
Tuhanmu maka bertakwalah kepadaku. Kemudia, mereka pengikut-pengikut rasul itu)
menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan tiap-tiap
golongan merasa bangsa dengan apa yang ada pada sisi mereka (maisng-masing)”.
Begitu
juga firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 163-164 yang artinya “
sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah
memberikan wahyu pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman, dan kami berikan Zabur kepada daud, dan kami
telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah kami kisahkan tentang mereka
kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan kepadamu. Dan Allah telah
berbicara kepada Musa dengan langsung”
Apa yang biasa ditarik dari ketiga ayat tersebut
diatas, dan juga berbagi ayat lain yang sejenis adalah para nabi itu semuanya
menyerukan ajaran yang sama yakni Tauhid.
B. Jalan yang Ditempuh Para rasul
dalam Menanamkan Akidah
Telah disebutkan di muka bahwa para
rasul diutus oleh Allah untuk memurnikan akidah umat manusia. Ajaran akidah
yang mereka bawa bisa dibilang ringan dan mudah. Di samping itu, ajaran-ajaran
yang mereka bawa itu mudah dimengerti, dipahami, dan diterima dengan akal
sehat, Para rasul tersebut menyuruh umatnya mengarahkan pandangannya untuk
memikirkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Seperti rasul-rasul terdahulu, Nabi
Muhammad SAW. Pun menanamkan akidah itu dalam hati dan jiwa umatnya. Beliau
menyuruh umatnya agar pandangan dan pemikiran mereka diarahkan dan ditujukan
kejurusan ini. Akal mereka digerakkan dan fitrah mereka dibangunkan sambil
mengusahakan penanaman akidah itu dengan memberikan didikan, lalu disuburkan
dan dikokohkan, sehingga dapat mencapai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan.
Rasulullah SAW. Dapat mengubah
umatnya yang semula menyembah berhala dan patung, melakukan syirik dan kufur,
menjadi umat yang berakidah tauhid, mengesakan Tuhan seru sekalian alam. Hati mereka dipompa
dengan keimanan dan keyakinan. Beliau dapat pula membentuk sahabat-sahabatnya
menjadi pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan akhlak dan budi bahkan
menjadi pembimbing kebaikan dan
keutamaan. Lebih dari itu lagi, beliau telah membentuk generasi dari umatnya
sebagai suatu bangsa yang menjadi mulia dengan sebab adanya keimanan dalam dada
mereka , berpegang teguh pada hak dan kebenaran. Pada saat itu umat yang berada
dibawah pimpinannya, bagaikan matahari dunia, dan mengajak kesejahteraan dan
keselamatan pada seluruh umat manusia.
Allah SWT. Membuat kesaksian pada
generasi itu bahwa mereka benar-benar memperoleh ketinggian dan keistimewaan
yang khusus, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’aruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah,”
(Q.S
Ali –Imran [3]: 110)
Keimanan yang dimiliki oleh sebagian
sahabt Nabi SAW. Itu mencapai tingkat yang dapat dikatakan, “Andaikata tabir
pun disingkapkan, tidaklah bertambah keyakinanku”. Maksudnya ialah sudah penuh
dan berada di puncak yang tertinggi, sekalipu
tabir kegaiban terbuka, keyakinan itu tidak ditambah lagi.
C. Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya
Semenjak kadaulatan Negara Tauhid
berdiri di bawah pimpinan Rasul Allah yang terakhir yakni, Nabi Muhammad SAW,
keadaan akidah tetap dalam kesuciaannya yang berasal dari wahyu ilahi dan ajaran-ajaran yang diberikan dari
langit. Dasar utamanya yang digunakan
sebagai pedoman adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis. Pada tingkat permulaan, yang
dituju ialah memberikan didikan dalam watak dan tabiat, meluhurkan sifat-sifat
yang bersangkutan dengan gharizah qalbu dan cara didikan yang harus
dilalui dan ditempuh. Maksudnya ialah setiap manusia dari kalangan masyarakat
itu dapat memperoleh keluhuran yang yang sesuai dengan kehormatan dan kemuliaan
dirinya sehingga tumbuhlah suatu kekuatan secara otomatis yang amat kokoh dalam
kehidupan.
Selanjutnya, setelah datang masa pertikaian
yang banyak berdasarkan siasat dan politik, apalagi setelah adanya hubungan
dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan ajaran-ajaran agama lain, kemudian
memaksa otak manusia untuk menyelami sesuatu yang tidak kuasa dicapainya,
itulah yang menjadi sebab pokok terjadinya pergantian atau penyelewengan dari
jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul. Ini pula yang merupakan sebab
utama keimanan yang asalnya cukup luas dan mudah diterima, serta amat tinggi
nilainya lalu menjadi berbagai macam pemikiran yang berisikan atau menjadi
bahan kiasan yang banyak diperselisihkan menurut ketentuan mantik atau ilmu
bahasanya, juga menjadi pokok perdebatan dan perselisihan pendapat yang tidak
berujung dan berpangkal sama sekali.
Ajaran keimanan yang sudah berubah itu,
akhirnya tidak lagi mencerminkan keimanan yang dapat menjadikan jiwa kembali
suci, amal perbuatan menjadi mulia dan baik, atau memberi semangat gerak pada
perseorangan dapat memberi daya hidup pada umat dan bangsa.
Sebagai akibat dari perselisihan dalam
berbagai persoalan siasat dan politik, terjadi penyelewengan ajaran-ajaran
tauhid yang dibawa oleh para rasul, dan paham pemikiran madzhab-madzhab itu
berpecah-belah menjadi beberapa golongan. Para tokohnya, kemudian memberikan
pengajaran yang berlainan, berbeda antara satu dan lainnya.
Setiap ajaran mencerminkan corak
tersendiri dari cara pemikiran tertentu. Masing-masing pihak menganggap bahwa
apa yang mereka miliki dan mereka pegang sajalah yang benar, sedangkan yang
lain, yang tidak sepaham dengannya, adalah salah. Demikianlah, anggapan setiap
golongan. Bahkan, ada anggapan yang lebih ekstrem lagi, yakni siapa saja yang
tidak masuk ke dalam golongan kelompoknya dianggap ke luar dari Islam (kafir).
Oleh karena itu, muncullah
paham-paham seperti: paham ahli hadis, paham Asy’ariyah, paham Maturidiah,
paham Mu’tazilah, paham Syi’ah, paham Jahamiah, dan masih banyak lagi paham
lainnya. Bahkan, di antara mereka terjadi perselisihan antara kaum ‘Asy’ariyah
dengan kaum Mu’tazilah.
Pokok utama yang menyebabkan
timbulnya perselisihan dan perbedaan pendapat tersebut, berkisar dalam hal-hal:
1. Apakah keimanan itu hanya sebagai
kepercayaan saja ataukah kepercayaan yang ada hubungannya dengan amal
perbuatan?
2. Apakah sifat-sifat Allah SWT. Yang dztiah
itu kekal ataukah dapat lenyap darinya?
3. Manusia itu masayyar dan mukhayyat?
4. Apakah wajib atas Allah SWT. Itu
mengerjakan yang baik atau yang terbaik ataukah yang wajib?
5. Apakah baik ataua buruk itu dapat dikenal
dengan akal atau dengan syari’at?
6. Apakah Allah SWT. Itu wajib memberi pahala
kepada orang yang taat dan menyiksa kepada orang yang bermaksiat ataukah tidak
wajib sedemikian?
7. Apakah Allah SWT. Dapat dilihat di akhirat
nanti ataukah hal itu mustahil sama sekali?
8. Bagaimanakah hukum seseorang yang
menumpuk-numpuk dosa besar sehingga matinya tidak bertobat?
Masih banyak lagi persoalan yang merupakan bahan perselisihan pendapat
berbagai golongan kaum mukminin menyebabkan tersobek-sobeknya umat Islam
menjadi berbagai golongan dan partai
Benar-benar sangat menyedihkan sebab hasil dari pertengkaram yang tidak
berujung pangkal ini adalah kaum muslimin membuat suatu kesalahan yang amat
besar, suatu kekeliruan yang amat berbahaya.
Akidah yang semula teguh dan mantap telah menjadi goyah dan goncang dalam
hati. Keimanan pun tidak meresap dalam jiwa sehingga akidah itu tidak lagi
dapat menguasai jalan kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap umat muslim dan
kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap umat muslim dan bahkan keimanan itu
sendiri tidak dapat lagi menjadi pusat pemerintahan yang menjiwai segala tindak
dan langkahnya orang yang mengaku sebagai pemeluknya.
Sebagai kelanjutan dari akidah yang sudah lemah itu, lalu kelemahan itu
merata pula pada pribadi perseorangan, keluarga, masyarakat, dan negara, bahkan
pengaruh kelemahan tersebut mengenai pula segala segi kehidupan umat manusia.
Kelemahan itu merayap di segenap penjuru, sehingga umat itu menurun kepada
generasi-generasi yang berikutnya, tidak pula dapat memberikan
pertanggungjawabannya, baik ke dalam maupun ke luar.
Umat islam tidak lagi menetapi sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Menjadi pribadi yang cukup cakap untuk menjadi pemimpin umat serta pemberi
petunjuk kepada seluruh bangsa di dunia. Ini merupakan akibat dari kelemahan
yang datang bertubi-tubi sebagimana diuraikan di atas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ketauhidan telah muncul sejak
diciptanya Adam AS oleh Allah SWT. Adam diperintahkan untuk mengajarkan Tauhid
kepada anak cucunya. Akan tetapi semenjak nabi Adam wafat, mulai terjadilah penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan oleh bani Adam ini, sehingga Allah mengutus nabi Nuh AS sebagai
Nabi dan nenek moyang ke-2 bagi umat manusia.
Begitulah watak manusia, makin lama makin mengendur
ketauhidannya. Allah mengutus para Rosul-Nya untuk memberi peringatan agar umat
manusia kembali ke jalan-Nya yang lurus hingga nabi terahir, yaitu nabi
Muhammad.
Pada zaman nabi Muhammad adalah masa penyusunan
peraturan-peraturan, penetapan pokok-pokok akidah dan penyatuan umat Islam
serta masa untuk mebangun kedaulatan Islam. Pada masa ini orang-orang Islam
langsung tertuju kepada Rosulullah SAW untuk mengetahui dasar-dasar agama dan
hukum-hukum syariah. Disamping itu mereka juga disinari oleh nur wahyu dan
petunjuk-petunjuk Al-qur’an.
Setelah Rosulullah SAW wafat, kepemimpinan diambil oleh
Khulafaurrosyidin. Dalam masa kedua Kholifah pertama, yakni Abu bakar dan Umar,
penetapan pokok-pokok akidah masih seperti kala Rosulullah SAW. Di masa Usman
dan Ali timbullah beberapa golongan dan partai yang diakibatkan akan terjadinya
kekacauan politik yang kemudian masing-masing dari mereka berusaha
mempertahankan pendiriannya dan terbukalah pintu takwil bagi nash-nash Alqur’an
dan hadist, juga terjadi pembuatan periwayatan-periwayatan palsu. Oleh sebab
itu pembahasan mengenai akidah mulai subur dan berkembang selangkah demi
selangkah dan kian hari kian membesar dan meluas.